Bengkulu, Penelusuran Online – Viral dan hebohnya konten TikTok Willie Salim dalam event “Makan Akbar” di Bengkulu menjadi sorotan luas di berbagai platform media sosial. Bahkan, dalam sebuah catatan opini berjudul Manusia 70 Juta karya wartawan senior Zacky Antony, disebutkan bahwa video TikTok Willie Salim tembus jutaan penonton—melebihi penonton televisi nasional.
Salah satu kutipan yang cukup menggelitik adalah: “Tayang di televisi nasional belum tentu penontonnya bisa tembus jutaan.” Pernyataan ini tentu menimbulkan diskusi, terutama di kalangan pemerhati media dan komunikasi publik.
Menurut pelaku media digital, perbandingan antara tayangan TikTok dan siaran televisi nasional harus dilihat dari konteks dan karakter masing-masing platform.
“TikTok adalah media sosial berbasis algoritma dan on-demand. Artinya, konten dapat ditonton kapan saja, bahkan berkali-kali oleh orang yang sama, dan tersebar lintas platform. Sedangkan televisi nasional bersifat linear dan terbatas oleh waktu siaran,” ujar seorang pelaku media di Bengkulu, Kamis (17/4/2025).
Ia menambahkan, penonton televisi umumnya tidak dihitung berdasarkan angka publik seperti views di media sosial. “TV menggunakan sistem rating rumah tangga dari lembaga survei. Jumlah real audiens bisa saja lebih besar dari yang terlihat di TikTok, namun datanya tidak muncul secara langsung ke publik.”
Meski demikian, tak bisa dipungkiri bahwa sosok Willie Salim adalah fenomena digital tersendiri. Dengan 70 juta lebih pengikut TikTok dan miliaran jumlah likes, ia menjadi kekuatan baru dalam industri konten digital di Indonesia.
Namun menyebut bahwa tayangan TikTok “mengalahkan televisi” secara keseluruhan adalah kesimpulan yang terlalu simplistik.
“Televisi nasional masih punya kekuatan membentuk opini publik, mengangkat isu strategis, hingga memberi pengaruh pada tataran regulasi. TikTok unggul di viralitas dan kedekatan emosional dengan generasi muda. Tapi itu bukan alasan untuk meremehkan kekuatan lama yang masih punya pengaruh besar,” tutupnya..
Di era digital ini, yang paling tepat bukan saling dibandingkan, melainkan melihat potensi kolaborasi. Konten viral TikTok bisa menjadi bahan pemberitaan televisi, dan program televisi yang kuat bisa diperkuat distribusinya lewat platform digital.
Akhirnya, bukan soal siapa yang lebih banyak ditonton, tapi siapa yang lebih mampu memberi dampak jangka panjang pada masyarakat.