Rejang Lebong, Penelusuran Online – Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu, Wahyu Yuwana Hidayat, menegaskan bahwa keputusan Bank Indonesia menurunkan BI-Rate sebesar 25 basis poin menjadi 5,50% merupakan langkah strategis untuk mengendalikan inflasi sekaligus memperkuat daya tahan ekonomi nasional, termasuk Bengkulu.
Pernyataan itu disampaikan Wahyu saat menjadi pemateri dalam kegiatan Capacity Building Wartawan Ekonomi se-Provinsi Bengkulu yang digelar 25–27 Mei 2025 di Kabupaten Rejang Lebong. Menurutnya, komunikasi kebijakan yang efektif menjadi kunci agar publik memahami arah strategi BI secara menyeluruh.
“Penurunan suku bunga acuan ini bukan semata pelonggaran, tapi bagian dari strategi stabilisasi yang presisi. Inflasi harus tetap dalam kendali, sementara fondasi pertumbuhan ekonomi tetap dijaga. Dua-duanya harus berjalan seimbang,” tegas Wahyu.
Ia menambahkan bahwa Bank Indonesia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi 2025 berada pada kisaran 4,7% hingga 5,5%, dengan inflasi tetap dalam target 2,5% ±1%. Keputusan penurunan BI-Rate disertai penguatan bauran kebijakan, seperti stabilisasi nilai tukar Rupiah, intervensi pasar sekunder, dan pelonggaran rasio makroprudensial untuk mendorong pembiayaan sektor riil.
Wahyu juga menekankan pentingnya akselerasi sistem pembayaran digital, termasuk perluasan QRIS antarnegara, yang diarahkan mendukung efisiensi transaksi dan ekspansi UMKM lintas batas. Kebijakan sistem pembayaran ini, kata dia, diarahkan untuk menopang struktur ekonomi yang lebih inklusif.
“Kami tidak bisa bekerja sendiri. Media adalah mitra strategis kami dalam menyampaikan arah kebijakan ekonomi kepada masyarakat secara utuh. Komunikasi yang kuat akan menentukan efektivitas kebijakan,” tambahnya.
Dengan pendekatan komunikasi yang terbuka dan berbasis data, Bank Indonesia berharap media dapat mengambil peran lebih aktif dalam mengedukasi masyarakat terkait arah kebijakan ekonomi dan moneter yang tengah dijalankan.