Bengkulu, Penelusuran Online – Dampak dari terhentinya akses pelayaran Bengkulu–Enggano kini semakin dirasakan masyarakat Pulau Enggano. Camat Enggano, Susanto M.D., mengungkapkan bahwa perekonomian masyarakat benar-benar lumpuh. Mayoritas warga yang berprofesi sebagai petani dan nelayan tidak bisa menjual hasil bumi maupun laut, sehingga tak ada lagi perputaran uang di pulau yang berada di tengah Samudera Hindia tersebut.
“Dalam kondisi sekarang, masyarakat Enggano seperti hidup dalam kegelapan ekonomi. Tidak ada pemasukan, tidak ada aktivitas jual beli. Yang pegawai itu hanya 15 persen, selebihnya petani dan nelayan,” ujar Susanto, Jumat (11/4).
Ia menambahkan, masyarakat sangat membutuhkan sembako murah, terutama beras, untuk mencukupi kebutuhan keluarga. Dalam situasi darurat ini, Susanto berharap pemerintah provinsi maupun kabupaten bisa segera mengirim bantuan beras secara gratis bagi warga Enggano.
“Karena tidak ada perputaran ekonomi, daya beli masyarakat sangat rendah. Bantuan beras gratis sangat kami harapkan,” tegasnya.
Selain kebutuhan pangan, masalah transportasi juga menjadi perhatian serius. Saat ini masih banyak anak-anak Enggano yang kuliah, sekolah, bahkan bekerja di Bengkulu, belum bisa kembali sejak mudik lebaran lalu. Begitu pula sejumlah warga yang pergi ke Bengkulu untuk berbelanja kebutuhan pokok dan perlengkapan Lebaran, kini tidak bisa kembali ke pulau karena ketiadaan kapal yang beroperasi.
“Mereka kehabisan uang di Bengkulu, karena tidak ada penghasilan dan tidak bisa pulang,” tambahnya.
Susanto mendesak agar pemerintah segera mengambil tindakan dengan menyediakan alternatif transportasi yang bisa menghubungkan Enggano dan Bengkulu. Salah satunya dengan mengerahkan kapal-kapal berkapasitas 30 hingga 50 ton untuk mengangkut logistik dan warga yang terjebak.
Ia juga berharap janji pimpinan rapat sebelumnya terkait solusi darurat benar-benar dilaksanakan, demi menyelamatkan masyarakat Enggano dari krisis yang berkepanjangan.