Bengkulu, Penelusuran Online – Di tengah bayang-bayang ketidakpastian global dan tekanan terhadap ekspor, ekonomi Provinsi Bengkulu berhasil mencatat pertumbuhan 4,84 persen pada triwulan pertama 2025. Capaian ini menjadi sinyal kuat ketahanan ekonomi daerah, meski tekanan eksternal mulai terasa.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Bengkulu, Wahyu Yuwana Hidayat, dalam Serasehan Perekonomian Bengkulu, Rabu (18/6), menyebutkan bahwa pertumbuhan ekonomi masih dalam jalur positif, dengan proyeksi hingga akhir tahun berada di kisaran 4,2 hingga 5 persen. Namun ia mengingatkan bahwa laju pertumbuhan bisa sedikit melambat pada triwulan kedua.
“Pertumbuhan TW1 cukup solid. Tapi indikator konsumsi rumah tangga mulai menunjukkan pelemahan, ekspor juga terdampak. Namun kita tetap optimis,” ujarnya.
Salah satu tekanan utama datang dari terganggunya aktivitas ekspor melalui Pelabuhan Pulau Baai. Di sisi lain, ketegangan geopolitik seperti konflik Iran-Israel dan kebijakan proteksionis Presiden AS Donald Trump menambah beban ketidakpastian global. Wahyu menyoroti potensi lonjakan harga minyak sebagai efek langsung dari memanasnya konflik di Timur Tengah.
“Iran adalah eksportir minyak utama. Jika Selat Hormuz terganggu, harga minyak bisa melambung. Ini tentu berdampak pada biaya produksi dan inflasi di daerah,” jelas Wahyu.
Selain itu, harga emas yang melonjak akibat arus modal global mencari “safe haven”, turut menjadi variabel yang harus diwaspadai, terutama karena berpotensi mengganggu stabilitas harga barang kebutuhan pokok.
Bank Indonesia Bengkulu, menurut Wahyu, kini mengambil posisi “wait and see”, sambil terus memantau arah kebijakan moneter nasional dan tren harga komoditas strategis dunia.
Sementara itu, mewakili Gubernur Bengkulu, Asisten III Sekretariat Daerah, RA Deny, mengapresiasi pencapaian pertumbuhan ekonomi yang sejajar dengan nasional. Ia menyebut, produksi sektor pertanian dan peternakan yang tetap stabil menjadi faktor penopang utama, di samping pengaruh positif dari bantuan sosial dan terkendalinya inflasi.
“Kita patut bersyukur. Ini pertanda bahwa fondasi ekonomi kita cukup kuat. Tapi kita tidak bisa hanya andalkan APBN dan APBD. Dibutuhkan terobosan sumber pembiayaan baru,” ujar Deny.
Pemerintah Provinsi Bengkulu juga menyatakan komitmennya bersama TPID dan BI untuk menjaga inflasi dalam rentang sasaran 2,5 ±1 persen pada 2025–2026, sembari terus mendorong sektor riil dan investasi yang inklusif.