Bengkulu, Penelusuran Online – Selasa malam (10/6), suasana rumah duka almarhumah Listati binti M. Japri diwarnai kehadiran sosok penting yang tak asing bagi warga Bengkulu—Walikota Dedy Wahyudi. Bukan sekadar hadir, Dedy datang dengan niat penuh, bahkan membatalkan jadwal pertemuan bersama Menteri Perhubungan RI di Jakarta demi menemani sahabatnya, Harius Eko Saputra, yang sedang berduka.
“Ini bukan hanya tentang saya sebagai walikota, ini tentang rasa kemanusiaan. Harius adalah sahabat saya. Saat sahabat berduka, saya harus hadir,” ucap Dedy dengan suara tenang namun mantap.
Tak sendiri, Dedy Wahyudi didampingi hampir setengah pejabat Pemkot Bengkulu. Terlihat pula para camat, lurah, hingga RT dan RW ikut hadir. Kehadiran rombongan ini seolah menjadi simbol nyata bahwa pemerintah tak hanya hadir saat gembira, tapi juga di tengah duka warganya.
Dalam momen tersebut, Dedy juga menyerahkan langsung dokumen program “3 in 1”, yakni akta kematian, pembaruan Kartu Keluarga, serta surat keterangan ahli waris.
“Program ini sangat membantu. Di saat keluarga masih dalam suasana berduka, mereka tak perlu repot mengurus dokumen ke sana ke mari. Pemerintah yang datang,” terang Dedy.
Program 3 in 1 ini telah berjalan selama enam tahun, sejak era Walikota Helmi Hasan, dan tetap dipertahankan oleh kepemimpinan Dedy Wahyudi–Rony Tobing. Kota Bengkulu bahkan menjadi yang pertama di Indonesia menerapkan program layanan kematian yang terintegrasi ini.
“Kami akan terus pertahankan, karena ini bukti kecil dari cinta pemerintah kepada rakyatnya,” tambah Dedy.
Takziyah malam itu juga diisi tausiyah dari Ustadz Junaidi Hamsyah, yang menyampaikan pesan spiritual dan mengajak para hadirin merenungkan kematian sebagai pengingat akan pentingnya memperbanyak amal.
“Kita datang bukan hanya untuk takziyah, tapi juga untuk mengambil hikmah. Karena hari ini dia yang pergi, esok kita menyusul,” ujar Ustadz Junaidi dalam ceramahnya.
Kehadiran Walikota dan jajarannya malam itu meninggalkan kesan mendalam bagi keluarga almarhumah dan warga sekitar. Di tengah duka, mereka merasa tidak sendiri.
“Saya tidak menyangka, beliau datang langsung. Kami sekeluarga sangat terharu,” tutur Harius Eko Saputra, anak almarhumah, sambil menahan haru.
Di Bengkulu, duka tak dibiarkan sendiri. Karena di kota ini, pemimpin hadir bukan hanya di podium, tapi juga di tengah tangis warganya.